Kisah Nabi Muhammad Saw Terkena Sihir
![]() |
Ilustrasi gambar tulisan sihir |
Sihir adalah salah satu ilmu yang haram
untuk dipelajari bagi umat islam. Ilmu sihir ini ada sejak zaman Nabi Sulaiman
As. Ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat
102:
﴿
وَاتَّبَعُوْا مَا تَتْلُوا الشَّيٰطِيْنُ عَلٰى مُلْكِ سُلَيْمٰنَ ۚ وَمَا كَفَرَ
سُلَيْمٰنُ وَلٰكِنَّ الشَّيٰطِيْنَ كَفَرُوْا يُعَلِّمُوْنَ النَّاسَ السِّحْرَ
وَمَآ اُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوْتَ وَمَارُوْتَ ۗ وَمَا
يُعَلِّمٰنِ مِنْ اَحَدٍ حَتّٰى يَقُوْلَآ اِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا
تَكْفُرْ ۗ فَيَتَعَلَّمُوْنَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُوْنَ بِهٖ بَيْنَ الْمَرْءِ
وَزَوْجِهٖ ۗ وَمَا هُمْ بِضَاۤرِّيْنَ بِهٖ مِنْ اَحَدٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ
ۗ وَيَتَعَلَّمُوْنَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۗ وَلَقَدْ عَلِمُوْا
لَمَنِ اشْتَرٰىهُ مَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۗ وَلَبِئْسَ مَاشَرَوْا
بِهٖٓ اَنْفُسَهُمْ ۗ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ ١٠٢ ﴾ ( البقرة/2:102)
Artinya “Mereka mengikuti apa yang dibaca oleh
setan-setan pada masa Kerajaan Sulaiman. Sulaiman itu tidak kufur, tetapi
setan-setan itulah yang kufur. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa
yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia, yaitu Harut dan Marut.
Padahal, keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum
mengatakan, “Sesungguhnya kami hanyalah fitnah (cobaan bagimu)32) oleh sebab
itu janganlah kufur!” Maka, mereka mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa
yang (dapat) memisahkan antara seorang (suami) dan istrinya. Mereka tidak akan
dapat mencelakakan seseorang dengan (sihir)-nya, kecuali dengan izin Allah.
Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan dan tidak memberi manfaat kepada
mereka. Sungguh, mereka benar-benar sudah mengetahui bahwa siapa yang membeli
(menggunakan sihir) itu niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat.
Sungguh, buruk sekali perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir jika
mereka mengetahui(-nya)”. (Al-Baqarah/2:102)
Ilmu sihir ini biasanya digunakan untuk menyakiti
orang lain. Kalau dilihat prakteknya, ilmu sihir ini biasanya juga menggunakan media
benda, seperti boneka, paku, hewan dan lain sebagainya.
Ternyata, Nabi Muhammad Saw juga pernah terkena sihir
sehingga membuat beliau sakit parah, kisah ini diceritakan dalam kitab tafsir Jalalain
karya Imam Jalaluddin Al Mahalli dan Imam Jalaluddin As Suyuti yang menjadi
sebab turunya surat Al Falaq dan surat An Nas.
Jadi, Nabi Muhammad Saw pernah mengalami sakit parah
dikarenakan terkena sihir dari orang yang bernama Labid bin Al A’sham Al
Yahudi, Labid bin Al A’sham ini melakukan
sihir dengan media boneka. Boneka tersebut diikat dengan 11 ikatan yang di
taruh dibawah sumur salah satu warga (tetangga) Labid bin Al A’sham lalu sumur
itu ditutup dengan batu yang sangat besar.
Allah SWT langsung mengutus dua malaikat untuk
menjenguk Nabi Muhammad yang pada saat itu sakit parah. Kedua malaikat tersebut
ada yang duduk diatas kepala Nabi dan ada yang duduk dibagian kaki Nabi
Muhammad Saw. Malaikat yang duduk dibagian kaki Nabi mengatakan bahwa Nabi
Muhammad Saw terkana sihir dari Labid bin Al A’sham. Kemudian malaikat memberitahukan
bahwa media sihirnya ditaruh di sumur lalu ditutup dengan batu besar. Mendengar
hal itu, Nabi Muhammad Saw paginya langsung menyuruh sahabat Ammar bin Yasir
untuk pergi ke tempat yang sudah diberitahukan oleh malaikat. Nabi Muhammad Saw
menyuruh untuk menguras air sumur tersebut dan mengangkat batu besar yang
menutup boneka sihir tersebut, setelah air sudah habis dikuras dan batu besar
diangkat, sahabat Ammar dan para rombongan menemukan boneka yang terdapat 11
ikatan. Ammar lalu mengambilnya dan langsung membakarnya. Setelah boneka sihir
itu dibakar, kondisi Nabi Muhammad semakin membaik dan semakin sehat.
Dari kejadian ini, Allah SWT menurunkan surat Al Falaq
dan An Nas dengan menjelaskan bahwa dua surat ini adalah surat yang mampu
mengobati dan sebagai obat bagi orang yang ingin selamat dari sihir dan
mengobati orang yang sudah terkena sihir.
Rujukan: Tafsir Jalalain Lil Imamain Jalalain,
Jalaluddin Al Mahalli dan Jalaluddin As Suyuti, Rembang, Jawa Tengah, h. 535
Comments
Post a Comment