Kisah KH. Abdul Hamid Pasuruan di Makkah

KISAH MBAH HAMID PASURUAN DI MEKKAH





Alkisah, banyak yang tahu akan foto ini tapi tidak tahu sejarah dan makna yang tersimpan di foto ini. Foto ini diambil di hotel/maktab Mekkah pada tahun 1980 M saat tasyakuran yang diadakan pemilik hotel ba'da wuquf di Arafah. Hotel itu adalah hotel khusus para kiai dan ulama karena pemiliknya adalah seorang syaikh ternama Kota Mekkah saat itu.


Tahun itu adalah saat pertama kali transportasi haji Indonesia memakai pesawat terbang. Saat itu jarang pedagang di Mekkah yang berjualan makanan atau oleh-oleh seperti sekarang. Kebanyakan adalah pedagang kitab-kitab keilmuan yang langka yang tidak bisa ditemui di toko kitab di Indonesia waktu itu. Maklum, jaman dulu yang mampu berhaji rata-rata adalah para kyai dan ulama. Mereka tidak membawa oleh-oleh dari Mekkah kecuali kitab-kitab salaf untuk bisa diajarkan di pesantren-pesantren. Berbeda dengan yang sekarang.


Nampak dalam foto sebelah kiri sendiri (yang hanya terlihat wajahnya) adalah KH. Maimun Zubair Sarang Rembang. Lalu sebelahnya ada KH. Muhsin Syafi'i Al-Maqbul Bululawang, kemudian ada pemilik hotel Syaikh Al-Makki, dan KH. Abdul Hamid Pasuruan. Dua orang di sebelah kiri Kyai Hamid adalah dua orang syaikh dari Mekkah dan paling kiri sendiri adalah KH. Bajuri, menantu KH. Muhsin Syafi'i yang pada saat itu masih berusia 22 tahun.


Ada sedikit kisah mengenai acara tasyakuran itu. KH. Abdul Hamid Pasuruan adalah ulama yang disegani baik di tanah air maupun di tanah Mekkah. Bahkan banyak orang luar negeri berguru pada beliau saat di Mekkah waktu itu. Saat tasyakuran berlangsung tidak ada yang berani mengambil seciduk nasi sebelum Kyai Hamid yang mengambil dahulu. Akhirnya beliau mengambil nasi cuma satu centong. Para Kyai yang lain juga mengikuti satu centong.


Alhasil nasinya masih tersisa banyak. Lalu Mbah Hamid pun dawuh, "Loh monggo diimbuhi maleh (ayo ditambah lagi nasinya)". Tapi para Kyai hanya mengiyakan. 


Akhirnya daripada mubadzir dan mengecewakan syaikh pemilik hotel, Kyai Hamid langsung mengambil dua centong nasi lagi. Kyai lain pun terheran dan berkata dalam hati, "Waduh, Kyai besar kok makannya seperti tukang."


Langsung saja Kyai Hamid merespon, "Monggo Kyai."


Akhirnya melihat Kyai Hamid dhahar/makan seperti itu para Kyai lain pun mengikuti. Subhanallah betapa karomahnya KH. Abdul Hamid Pasuruan yang disegani para ulama.


Sebenarnya saat akan memasuki ruangan tasyakuran Kyai Muhsin dan Kiai Bajuri dihadang oleh petugas hotel. Kyai Bajuri tidak boleh masuk ke dalam ruangan karena dianggap khadam/pembantunya saking masih mudanya waktu itu. Sedangkan para khadam kiai disuruh menunggu di luar dan yang berkumpul adalah khusus para Kyai. Tapi Kiai Bajuri ditarik tangannya oleh Kiai Muhsin untuk dibawa masuk. Akhirnya petugas tidak bisa berbuat apa-apa.


Kisah ini dituturkan oleh saksi hidup foto itu, KH. Bajuri pada saya. "Wong kang sholeh kumpulono", itulah makna yang bisa kita teladani dari foto ini. (Sumber cerita: Gus Maz Hitz bin KH. Bajuri)

Comments

Popular posts from this blog

Karomah Syekh Ibnu Athoillah As-Sakandari

Putra - Putri KH. Abdul Hamid Pasuruan dan Keturunannya

Kisah Syekh Abdullah Basaudan Yang Sangat Tinggi Cintanya Kepada Keturunan Nabi Muhammad Saw