Cara Mendidik Anak Menurut KH. Abdul Hamid Pasuruan

Foto Kyai Abdul Hamid Pasuruan



Mengasuh dan mendidik anak adalah sesuatu yang tidak bisa dibakukan detail-detailnya, kecuali prinsip-prinsipnya. Sangat kondisional dan kasuistik.

Masing-masing keluarga memiliki permasalahan sendiri, masing-masing orang tua mempunyai cara tersendiri yang mungkin sulit untuk ditiru oleh orang lain.

Cara Kyai Hamid mendidik dan mengasuh anaknya juga tergolong unik.

Dalam mendidik anak, tampaknya, Kyai Hamid memulai Dengan cinta, dan mengakhiri Dengan cinta.

Coba perhatikan bagaimana beliau mencurahkan cinta beliau kepada anaknya yang sakit. Menurut Kyai Idris (putra bungsu) di saat beliau sakit, ayahandanya itu dengan telaten melayaninya. Dari menyuapi, memberi minum, menemani, meminumkan obat, sampai menggendongnya.

Kyai Nasih juga mengalami belaian kasih sayang seperti itu.

Pada masa balita Kyai Nasih pernah menderita sakit typus yang sangat parah. Secara medis, penderita tipes tidak boleh mengkonsumsi makanan kasar. Meski masih kecil, beliau minta makan nasi kuning. Bu nyai, Karena rasa cintanya begitu besar, beliau tidak mau menuruti kemauan anaknya itu meski sang anak memaksa dan menangis.

Kyai Hamid punya cara tersendiri untuk mengekspresikan cintanya.

Beliau turuti keinginan si anak. beliau sendiri yang menyuapi. ternyata Kyai Nasih hanya makan 3 sendok, dan Tidak mau nambah lagi. Setelah itu beliau membimbing anaknya jalan-jalan. Ternyata justru kondisinya jadi lebih baik berkat sentuhan cinta sang ayah.

Telaten dan sabar, itulah kunci lain beliau mendidik anaknya.

Kyai Nu'man maupun Kyai Idris mengaku tidak pernah mendapat marah dari ayahandanya. 

Kyai Idris menuturkan bahwasanya Kyai Hamid tidak pernah marah sampai meledak-ledak. Memang sering beliau hendak marah kepada Kyai Nasih, Putra satunya lagi. tapi beliau keburu menangis, sehingga tidak jadi marah. beliau sangat cepat memaafkan.

Baca juga:

1. Tanggal, hari dan tahun haul KH Abdul Hamid Pasuruan

2. Putra - Putri KH Abdul Hamid Pasuruan

3. Filosofi Logo Haul KH Abdul Hamid Pasuruan ke 42 2023

Namanya juga anak-anak, pernah juga Kyai Nu'man dan Kyai Nasih bertengkar. Kyai Nasih di tempeleng oleh Kyai Nu'man. Waktu itu saat bulan puasa. Oleh Kyai Hamid, Kyai Nasih dibawa ke mushalla, lalu diajak ikut tadarus.

Kyai Hamid kepada anak-anaknya mengembangkan sikap melayani.

Yakni bagaimana membuat anak-anaknya nyaman dan bahagia meski harus mengorbankan perasaan sendiri.

Kyai Hamid juga mengembangkan sikap tidak ada gengsi-gengsian. Hal ini dibuktikan pada waktu itu Kyai Hamid bermaksud pergi ke rumah salah satu anaknya yaitu Gus Nasih yang terletak di utara gang pondok. Beliau sudah tinggal beberapa meter dari rumah tersebut, tiba-tiba Gus Nasih menutup pintunya sehingga beliau tidak bisa masuk.

Beliau mengetuk pintu dengan sabarnya, sembari memanggil nama anaknya itu, tapi tidak dibukakan juga. karena lama tak juga ada jawaban, beliau melangkah balik kembali, tak jadi masuk. Tidak ada ekspresi marah di wajah beliau. 

Kyai Hamid dalam mendidik anak-anaknya juga mengembangkan suasana yang sedemikian lapang, sehingga mereka bisa berkembang dengan baik tanpa perasaan terkekang.

Beliau dalam mendidik anak-anaknya tidak pernah menekan dan memaksa. 

Dulu, keluarga Kyai belum punya tradisi mengikuti pendidikan di luar pesantren. Namun Kyai Hamid memberikan keleluasaan kepada anak-anaknya untuk memilih pendidikan yang dia inginkan.

Seperti contoh bahwa Kyai Nu'man diperbolehkan untuk sekolah di SD Bangilan. Sampai Kyai Lukman masuk perguruan tinggi IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Kyai Hamid dalam lingkungan keluarganya menciptakan iklim sungkan.

Yakni, semua putra-putra beliau sungkan untuk melakukan perbuatan yang tidak disukai oleh ayahnya sehingga secara mandiri mereka bisa mengkoreksi perilaku mereka sendiri.

Kyai Hamid juga menciptakan kebersamaan dalam keluarga. Hal ini dibuktikan bahwasanya Kyai Hamid itu selalu makan bersama putra-putra nya. Sambil makan Kyai Hamid memberikan wejangan, melalui cerita para ulama'.

Alhasil, meski tampaknya membebaskan, ada patokan harga yang tidak bisa ditawar-tawar. Yang dipentingkan adalah penanaman aqidah dan Syariah sejak dini. 

Uniknya, dalam mendidik anak ataupun cucu beliau sering meminjam tangan orang lain.

Misalnya Kyai Idris (putra bungsu) diserahkan kepada Kyai Abdurrahman untuk belajar salat, membaca Al-Qur'an dan mengajari baca dan tulis Arab.

Sedangkan Kyai Nu'man, meski pagi hari dibolehkan belajar di SD, sore harinya disuruh mengaji kepada Kyai Imam, mengaji kitab fiqih "Safinatun Najah".

Kyai Nu'man bercerita bahwasanya ayahandanya selalu menunggu kedatangan Kyai Nu'man di teras rumah dari belajar mengajinya. Kyai Hamid juga menyuruh Kyai Nu'man untuk membaca apa yang sudah dipelajari olehnya.

Cara lain Kyai Hamid mendidik anak-anaknya adalah dengan membelikan kitab-kitab kecil untuk anak-anaknya. 

Dari kitab fasholatan sampai buku-buku cerita para nabi. 

Dengan begitu, mereka bisa belajar sendiri, bisa berkembang sendiri, tanpa harus didikte.

Dalam urusan salat, Kyai Hamid sangat tegas dan ketat. Hal ini beliau lakukan sesuai dengan tuntunan Nabi, bahwa anak usia 7 tahun harus sudah dibiasakan mengerjakan salat. Jika usianya mencapai 10 tahun, seorang anak dianjurkan dipukul bila meninggalkan salat.

Kyai Hamid memang tidak sampai memukul anak-anaknya karena meninggalkan salat. 

Namun sejak usia dini, putra-putra beliau diharuskan salat lima waktu termasuk salat subuh yang paling berat bagi anak-anak.

Caranya cukup halus dan telaten namun tidak boleh ditawar-tawar.

Seperti cerita dari Kyai Idris bahwasanya beliau di masa kecil selalu dibangunkan oleh santri-santri ayahnya untuk salat subuh. 

Bahkan Kyai Hamid menjemput Kyai Nu'man yang sedang asyik bermain hujan-hujanan di desa Ronini (2 km dari rumah) untuk melaksanakan salat dhuhur. Kyai Hamid berkata kepada putranya "Lukman, ayo ditimbali Ibu, dikongkon salat" dengan suara halus.

Coba, beliau membiarkan Kyai Lukman bermain jauh titik bahkan dikala hujan deras pula. Namun begitu waktu salat tiba, beliau menyempatkan diri menjemput, walaupun dengan mengendarai becak.

Kyai Hamid sering mengajak putra-putra nya untuk ziarah kepada para ulama-ulama guna untuk meminta doa kepada beliau-beliau.

Hal ini dilakukan Kyai Hamid untuk menumbuhkan kepada diri putra-putranya agar cinta kepada orang-orang Saleh dan menanamkan benih-benih keinginan untuk meneladani mereka.

Kyai Nu'man bercerita bahwa pada masa kecil beliau selalu diajak Kyai Hamid berziarah ke rumah Habib Ja'far bin Syaikhon setiap menjelang Ramadan. 

Tak lupa pula Kyai Hamid meminta doa kepada Habib Ja'far bin Syaikhon untuk putranya "Habib, tolong doakan anak saya ini, agar kuat berpuasa" kata Kyai Hamid. Memang pada waktu itu menjelang bulan puasa.


Inilah sedikit cerita cara KH. Abdul Hamid Pasuruan dalam mendidik putra-putranya yang bisa dijadikan contoh dan diteladani.

Cerita ini saya dapat dari buku "Percik-percik Keteladanan Kiai Abdul Hamid Pasuruan" yang di tulis oleh Ustad Hamid Ahmad.

Baca juga: 

1. Kisah Detik-detik Wafatnya KH Abdul Hamid Pasuruan

Semoga kita mendapatkan keberkahan dari Kyai Abdul Hamid Pasuruan. Aamiin 

Comments

Popular posts from this blog

Karomah Syekh Ibnu Athoillah As-Sakandari

Putra - Putri KH. Abdul Hamid Pasuruan dan Keturunannya

Kisah Syekh Abdullah Basaudan Yang Sangat Tinggi Cintanya Kepada Keturunan Nabi Muhammad Saw