Karomah Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi dan Keutamaan Simthud-Durar

Gambar Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi





 Habib Ali Bin Muhammad Alhabsyi, Karamah, Dan Simthud-Durar 


Habib Ali bin Muhammad bin Husin al-Habsyi lahir pada hari Jumat tanggal 17 November 1843 M (24 Syawal 1259 AH) di Qasam, sebuah kota di Hadhramaut. Ia dibesarkan di bawah asuhan dan pengawasan ayahnya, Muhammad bin Husin bin Abdullah Al Habsyi dan ibunya, Syarifah Alawiyyah binti Al-Hussain bin Ahmad Al-Hadi Al-Jufri, yang pada saat itu dikenal sebagai wanita yang salehah dan bijaksana.


 Di usia yang sangat muda, Ali telah belajar dan menyelesaikan bacaan al-Quran dan berhasil menguasai ilmu lahir dan batin, sebelum beliau mencapai usia yang biasanya dibutuhkan untuk itu. Sejak itu, ia diizinkan oleh para guru dan pengajar untuk memberikan kuliah dan studi di depan umum, dan dalam waktu singkat ia menjadi pusat perhatian dan kekaguman serta tempat terhormat di hati setiap orang di kotanya. Dia diberi tanggung jawab untuk mengajar di lembaga-lembaga pendidikan dan pertemuan-pertemuan besar.


Lebih jauh lagi, beliau juga mengumpulkan, mengarahkan dan mendidik murid-muridnya untuk memperoleh ilmu, serta menginspirasi mereka dalam mengejar cita-cita yang tinggi dan mulia. Untuk menampung mereka, beliau membangun sebuah masjid bernama “al-Riyadh” di Seiwun, serta pesantren yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk memenuhi kebutuhan mereka, sehingga mereka dapat belajar dengan tenang, bebas dari segala pikiran yang mengganggu, terutama mereka yang masih harus dibantu dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.


Karomah Habib Ali Alhabsyi


Diriwayatkan bahwa Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi (shohibu simthud-duror), adalah seorang Wali Allah yang bisa mendengar suara tasbih dari barang-barang mati kepada Allah SWT.


Pada suatu saat, beliau mendengar tasbih barang-barang mati yang ada di sekitar beliau seperti lemari, meja dan lainnya seperti biasanya, tapi beliau heran ketika ada suara tasbih yang lebih keras dari pada yang lainnya, karena rasa penasarannya tersebut beliau berusaha mencari suara tersebut berasal dari mana. Setelah beliau mencari, ternyata beliau menemukan si pemilik suara tasbih yang keras tadi, yaitu biji kurma.


Lalu beliau bertanya kepada biji kurma kenapa suara tasbihnya bisa lebih keras dari suara tasbih barang-barang lainnya, biji kurma lantas menjawab:


“Ya Habib, karena aku ini anaknya-anaknya-anaknya lagi biji kurma yang di tanam langsung oleh tangan Rasulullah Saw”.


Sesuatu yang berkaitan atau berhubungan dengan Rasulullah SAW akan ikut mulia. Lebih-lebih jika hati yang berkaitan dengan Rasulullah SAW. Sebagaimana keadaan Habib Ali Al-Habsyi yang menghabiskan seluruh hidupnya untuk memuji Rasulullah SAW, dengan ribuan qasidah baik yang berbahasa fush-hah (standar) atau amiyah (pasaran). Dan beliau seringkali menangis setiap mendengar nama Rasulullah disebut, karena sangat berkaitannya hati beliau dengan Rasulullah SAW.


Disebutkan dalam manaqib Habib Ali, di antara tanda ketinggian haliyah (keadaan spiritual) beliau tampak ketika beliau hendak berbicara di depan khalayak maka sebelum beliau mengucapkan sepatah kata para hadirin telah hujan tangis terlebih dahulu…baru memandang wajah beliau orang-orang sudah bercucuran air mata.


Keagungan al Habib Ali al-Habsyi pun diakui oleh para ulama yang hidup sezamannya.


Dalam suatu majlis, Sohibul Anfas Habib Ahmad bin Hasan Al Athas, seorang wali min auliyaillah yang hidup sezaman dengan Habib Ali mendapat kabar bahwa sahabatnya yang bernama Jakfar bin Hamid bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW dan Beliau Rasulullah SAW berkata: “Ali Alhabsyi , amal perbuatannya dan amal perbuatan para muridnya semua diterima oleh Allah Ta’ala “.


Maka Habib Ahmad bin Hasan Al Athas berkata “Jika demikian, maka mulai saat ini kami ini adalah murid-muridmu, Wahai Ali”. Habib Ali menjawab, “Kalian semua adalah murid-muridku”


Disaksikan pula ( dengan mata batin – HB) oleh penjaga makam Rasulullah bahwa setiap hari Rasulullah selalu hadir bersama Habib Ali di qubah Rasulullah.


Alhabib Abdul Qodir bin Qudban pernah berkata kepada al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi :


“Ya, Habib Ali kenapa setiap aku melihat rombongan arwah para salaf Ahli Tarim dan aku bertanya kepada mereka hendak ke manakah kalian wahai para salafku, maka mereka menjawab kami akan ke Ali Habsyi…!


Al-Habib Ali menjawab : “Wahai Abdul Qadir, itu semua karena aku telah memegang ketua/penghulunya.. Aku memegang teguh Muhammad Sayyidil Wujud…Shallallau ‘Alaihi Wa Sallam.”


Habib Abubakar bin Abdullah bin Thalib Al Attas adalah Syaikh Futuh Habib Ali yang menuntun ruhani Habib Ali dan mempertemukannya dengan Rasulullah Saw secara jaga (yaqazhah, yang bisa dipahami bahwa di dalamnya Nabi saw hadir dengan wujud nonfisik-material beliau-HB) “sebanyak 20 kali.


Dan beliau Habib Abu Bakar berkata:


ﻳَﺎ ﻋَﻠِﻰ ﺑﺎَﺗَﻜُﻮﻥ ﻣَﻐﻨَﺎﻃِﻴﺲ ﺍﻟﻘُﻠُﻮﺏ


“Engkau akan menjadi magnet nya hati (semua hati akan tertarik dan mendekat padamu)…”


Kelak perkataan Habib Abu Bakar pun terbukti melalui dua warisan berharga Habib Ali al Habsyi. Maulid Simthud-Durar dan Shalawat Lathaiful Arsyiyah. Dua aurad yang banyak berjasa mengantarkan para salikin (pencari Allah) untuk washil (sampai) ke hadirat Rasulullah Saw. 


  (Lihat Al-Jawahirul Maknunah wal Asrarul Makhzunah, h. 41). Banyak orang yang mencatat penyampaian Habib Ali ketika berdakwah sehingga berbuah karya, di antaranya adalah Al-La'its Tsamaniah, yaitu himpunan kalam hikmah dari Habib Ali al-Habsyi yang ditulis oleh Habib Anis bin Alawi.


Tidak hanya itu, Habib Ali juga memiliki banyak karya yang sampai saat ini masih dibaca oleh umat Islam. Di antara karangannya yang sangat terkenal dan dibaca pada berbagai kesempatan di mana-mana, ialah Simtudduror fi Akhbar Maulidi Khairil Basyar wama Lahu min AkhlaqI wa Aushaf wa Siyar (Untaian Mutiara Kisah Kelahiran Manusia Utama; Akhlak, Sifat, dan Riwayat Hidupnya).


Penyusunan Maulid Simtudduror tidak memiliki latar belakang secara khusus. Namun secara eksplisit, Habib Ali Al-Habsyi mengungkap niatnya yang lurus dan meyakini kehadiran Rasulullah di tempat-tempat dibacakannya maulid ini. Beliau mengatakan:


المَوْلِدُ أَنَا أَلَّفْتُهُ عَلَى نِيَةٍ صَالِحَةٍ، فَتْحٍ جَدِيْدٍ، وَلَا شَكَّ أَنَّ رُوْحَهُ ﷺ تَحْضُرُ عِنْدَ قِرَائَتِهِ


Artinya: "Maulid Simtudduror yang saya susun ini atas dasar niat yang benar, media yang baru, dan tidak diragukan kembali bahwa sungguh ruh Rasulullah akan hadir saat membacanya." (Lihat, Al-Jawahirul Maknunah wal Asrarul Makhzunah, h. 42).


Komentar Ulama tentang Simtudduror


Maulid Simtudduror mendapat banyak pujian dari para ulama lantaran kandungan maknanya. Salah satunya dari penulis kitab Syarah Simtudduror.


إِنَّ مَوْلِدَكُمْ العَظِيْمَ (سمط الدرر) بَرَزٌ لِلْمُتَأَخِّرِيْنَ، وَفِيْهِ الْأَوْصَافُ الْعَظِيْمَةُ وَالْأَخْلَاقُ الْكَرِيْمَةُ، أَظُنُّهَا خُصُوْصِيَاتٍ أُخْتُصَّ بِهَا الْمُتَأَخِّرُوْنَ


Artinya: "Sungguh maulidmu yang agung ini (Simtudduror) menonjol untuk orang-orang akhir zaman, di dalamnya terdapat (penjelasan) sifat-sifat (Rasulullah) yang agung, dan akhlak yang mulia. Saya mengira bahwa (Simtudduror) merupakan kekhususan yang hanya dikhususkan untuk masyarakat era belakangan ini" (Sayyid Ahmad bin Ali bin Alawi al-Habsyi, Syarah Simthid Durar fi Akhbar Maulidi Khairil Basyar wama Lahu min AkhlaqI wa Aushaf wa Siyar, h. 390).


Tidak hanya itu, menurut Habib Ali, Simtudduror laksana hujan yang tidak diketahui di bagian mana letak keberkahannya. Begitu juga dengannya, semua bacaan sejak awal, tengah, dan akhir tidak bisa dibedakan, semuanya memiliki nilai kemuliaan yang besar. Oleh karenanya, bacaan-bacaan yang ada di dalamnya tidak bisa ditentukan di bagian mana letak kemuliaan dan keagungan serta berkahnya.


Keutamaan Simtudduror


Maulid Simtudduror ditulis dua tahun sebelum Habib Ali wafat. Tepatnya pada tahun 1330 H (1912 M).


Setelah semuanya rampung, kemudian dibacakan dalam rumahnya bersama para habib yang lain. Setelah pembacaan itu selesai, Habib Ali al-Mantsur berkata:


وَلَمَّا قُرِئَ الْمَوْلِدُ بِبَيْتِهِ سَنَةَ ألف وثلاثمئة وثلاثون هــ. قَالَ رَضِي الله عَنْهُ: المَوْلِدُ كَأَنْ عَادَ نَحْنُ الا سَمِعْنَاهُ، عَلَيْهِ نُوْرٌ عَظِيْمٌ، وَكُلُّ عِبَارَةٍ صِفَةٌ مَلَانَةٌ بِتَعْظِيْمِهِ ﷺ


Artinya: "Setelah maulid (Simtudduror) dibaca di rumahnya, tahun 1330 H, Habib Ali al-Mantsur berkata: Maulid (Simtudduror) seperti mengembalikan kita semua (pada zaman Rasulullah), maka dengarkanlah, di dalamnya terdapat cahaya yang mulia, dalam setiap ungkapan terdapat sifat yang sangat condong mengagungkan Rasulullah." (Sayyid Ahmad bin Ali bin Alawi al-Habsyi, Syarah Simtudduror fi Akhbar Maulidi Khairil Basyar wama Lahu min AkhlaqI wa Aushaf wa Siyar, halaman 391)


Menurut Habib Ali al-Masntsur, dengan menghayati makna dan kandungan yang ada dalam Maulid Simtudduror, pembaca dan orang-orang yang mendengarkannya bisa seolah ada pada zaman Rasulullah. Serta, menyaksikan langsung bagaimana cara Rasulullah bersikap, bagaimana cara Rasulullah bersabar ketika ditimpa ujian, bagaimana teladan Rasulullah, sifatnya yang mulia, dan akhlaknya yang agung.


Timbulnya penghayatan sebagaimana penjelasan tersebut, tidak lepas dari cara penyusunannya yang sangat rinci dan detail. Maulid Simtudduror tak ubahnya seperti sejarah dan sirah nabawiyah lainnya, kecuali bentuk penyampaiannya saja. Habib Ali Al-Habsyi menyampaikan dengan ungkapan yang sangat syahdu, dengan cara yang sangat sistematis dan praktis.


Keutamaan Simtudduror yang lain juga disebutkan dalam kitab At-Ta'rif bil Maulid min Kalami Shahibil Maulid, dengan mengutip pesan penyusun perihal keutamaan membacanya, yaitu:


مَوْلِدِي هٰذَا أَشْوَفُ أَنَّهُ لَوْ دَاوَمَ الوَاحِدُ عَلَى قِرَائَتِهِ وَحِفْظِهِ وَجَعَلَهُ مِنْ أَوْرَادِهِ، أَنَّهُ يَظْهَرُهُ لَهُ شَيْءٌ مِنْ سِرِّهِ ﷺ


Artinya: "Maulidku ini (Simtudduror) sangat bermanfaat. Bahwa sesungguhnya, barang siapa yang tekun membacanya, menghafalnya, dan menjadikannya sebagai wirid, maka sungguh akan ditampakkan kepadanya rahasia (sir) Rasulullah SAW."


Ada keutamaan lain dengan membaca Simtudduror yang tidak kalah utama dengan yang telah disebutkan, yaitu menjadi penyebab futuh (dibukanya kepahaman). Keutamaan ini terjadi pada Habib Umar bin Idrus al-Idrus.


Suatu saat ia bermimpi, seolah ia sedang menceritakan kisah kedangkalan murid-muridnya dalam memahami kitab, kemudian ada orang yang memberikan petunjuk kepadanya, bahwa penyebab terbukanya ilmu ada dalam maulid Simtudduror. Oleh karenanya, setelah ia terbangun dari mimpinya, ia berkata:


مَنْ أَرَادَ الْفَتْحَ، فَلْيَحْفَظْ المَوْلِدَ أَوْ يَكْتُبَهُ


Artinya: "Barang siapa yang hendak diberikan futuh, maka hafalkanlah maulid (Simtudduror), atau menulisnya." (Habib Ahmad bin Alawi bin Ali bin Muhammad Al-Habsy, At-Ta'rif bil Maulid min Kalami Shahibil Maulid, h. 5)


Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa maulid Simtudduror lebih dari sekadar buku kisah keteladan Nabi. Ia memiliki keutamaan, manfaat, dan berkah.


Alangkah baiknya, ia dijadikan wirid yang selalu dibaca dengan istiqamah, sebab dengan membacanya akan mengetahui sejarah Rasulullah, sifatnya yang mulia, juga akan menjadi penyebab bertambahnya kecintaan kepada beliau.


Aamiin Aamiin YaaRobbal Allamin



 ثُمَّ إِلَى حَضْرَةِ صَاحِبُ الْمَوْلُوْدْ سِمْطُ الدُّرَرْاَلْحَبِيْبْ عَلِى بِنْ مُحَمَّدْ بِنْ حُسَيْنْ اَلْحَبْشِى

Comments

Popular posts from this blog

Karomah Syekh Ibnu Athoillah As-Sakandari

Putra - Putri KH. Abdul Hamid Pasuruan dan Keturunannya

Kisah Syekh Abdullah Basaudan Yang Sangat Tinggi Cintanya Kepada Keturunan Nabi Muhammad Saw