Kisah Inspiratif Malik bin Dinar dan Karomahnya Mengambil Dinar Dari Mulut Ikan

 



Kisah Imam Malik bin Dinar Al Sami, yang Taubat di Bulan Sya'ban dan Memiliki karomah Berjalan di Atas Air Laut hingga Diberi Dinar oleh Ikan di Tengah Laut.


     Malik bin Dinar al-Sami' seorang ulama pada abad ke-2 Hijriyah, lahir di Kufah, Irak dan meninggal sekitar tahun 130 Hijriyah /748 Masehi. Kisah inspirasi dari laut.


Malik Bin Dinar Al-Sami' adalah Putera seorang budak berbangsa Persia dari Sijistan (Kabul), dan menjadi murid "Imam Hasan al-Bashri". Seorang Sufi ternama.

Semasa mudanya, Malik Bin Dinar Malik Bin Dinar dikenal sebagai sosok preman yang suka mabuk-mabukan pada abad ke-2 Hijriyah.


Hampir segala macam kemaksiatan dikerjakannya hingga akhirnya hidayah Allah datang menghampirinya.


Malik Bin Dinar adalah seorang lelaki yang sangat tampan, suka bersenang-senang dan mempunyai harta kekayaan yang berlimpah-limpah.


Budak Cantik dan Anak Manja yang Sangat Disayang


Syekh Abu Bakar bin Muhyiddin al-Ahsani al-Farafuri asy-Syafi’i dalam salah satu kitabnya menjelaskan, bahwa suatu saat Malik bin Dinar sedang melakukan kegiatan terlarang dalam Islam, yaitu minum Khamar. Di saat yang bersamaan, salah satu temannya menawarkan seorang budak yang cantik kepadanya.


Tanpa pikir panjang, Malik bin Dinar langsung mengiyakan dan membelinya dengan kontan. Bahkan, karena kecantikannya yang melebihi budak pada umumnya, ia membeli dengan harga yang sangat mahal.


 Setelah beberapa lama hidup bersama dengan Malik bin Dinar, sang budak itu hamil, hingga pada akhirnya melahirkan.


Sebagai seorang ayah, tentu ia sangat menyayangi anaknya. Bahkan ketika sang anak melakukan kesalahan, misalnya setiap Malik bin Dinar hendak minum khamar, sang anak selalu mengambilnya dan menumpahkan pada baju ayahnya. Kendati pun demikian, ia tidak pernah memarahinya, justru semakin sayang kepadanya.


Di saat yang bersamaan, tepatnya ketika Malik bin Dinar sedang sangat mencintainya (para ulama ada yang mengatakan berumur dua tahun, ada yang mengatakan satu tahun), takdir Allah berkata lain, sang anak meninggal. Sebagai seorang ayah, tentu ia sangat sedih ketika anak semata wayangnya meninggalkan di saat sayang-sayangnya.


Awal Mula Tobat

Setelah kepergian sang anak, kesedihannya selalu bertambah. Ia selalu teringat akan sosok seorang anak kecil yang setiap hari dan malam selalu bersama dan menemaninya, bahkan selalu menumpahkan minuman kerasnya, namun saat itu tidak lagi duduk bersama dengannya. 


Syekh Abu Bakar asy-Syafi’i mengisahkan kisah itu, ia mengatakan,


فَلَمَّا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ وَكَانَتْ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ بَتُّ ثَمَلًا مِنَ الْخَمْرِ وَلَمْ أُصَلِّ فِيْهَا عِشَاءً


Artinya, “Ketika malam di pertengahan bulan Sya’ban dan malam itu (bertepatan) dengan malam Jumat, aku meneguk khamr (kemudian tidur) dan tidak shalat Isya.” (Syekh Abu Bakar, al-Yaqutu wal Marjan fi Fadhaili Syahris Sya’ban, [at-Tsaqafah al-Islamiyah: 2019], halaman 100).


Ketika Malik bin Dinar sedang tidur pulas, tiba-tiba dalam tidurnya ia bermimpi bahwa kiamat seakan-akan telah datang, terompet telah ditiup, orang mati dibangkitkan, semua makhluk dikumpulkan. Kemudian ia mendengar suatu gerakan di belakangnya. Namun, ketika ia lihat ternyata ada ular yang sangat besar yang membuka mulutnya untuk memangsanya.


Di saat yang bersamaan, ia sangat terkejut dan lari tunggang agar bisa terhindar darinya. Di tengah-tengah kebingungannya, ia menemukan sosok seorang Syekh yang berpakaian putih sedang duduk dengan tenang. Malik bin Dinar berkata kepadanya, “Wahai Syekh! Tolonglah aku, lindungi dari ular itu,”


Akan tetapi Syekh itu justru menyuruhnya untuk berlari, karena kekuatan ular itu melebihi kekuatannya. Mendengar jawabannya itu, Malik bin Dinar semakin panik dan lari jauh hingga menaiki tebing neraka. Di saat yang bersamaan, neraka berkata kepadanya, “Kembalilah! Karena engkau bukan penduduk neraka,”


Mendengarkan ucapan neraka, dengan senang hati ia meninggalkannya. Hanya saja, ular itu tetap saja mengejar untuk memangsanya.

Sejurus kemudian, Malik bin Dinar pergi menuju satu tempat, di tempat itu ia melihat tirai-tirai yang di dalamnya terlihat banyak anak-anak kecil bersama dengan para malaikat, termasuk anaknya yang mati di usia balita. Akan tetapi, lagi-lagi ular itu terus mengejar untuk memangsanya.


Di saat yang bersamaan, sang anak berkata, “Ayahku, demi Allah,” kemudian ia melompat laksana anak panah dan dia ulurkan tangan kirinya pada tangan kanan ayahnya sembari menariknya. Dan, mengulurkan tangan kanannya pada ular besar itu, namun seketika itu ular yang awalnya hendak memangsa ayahnya tiba-tiba menghilang.


Setelah itu, sang anak mendudukkan ayahnya, kemudian berkata kepadanya dengan membacakan ayat Al-Qur’an,


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 



۞ اَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْ تَخْشَعَ قُلُوْبُهُمْ لِذِكْرِ اللّٰهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّۙ وَلَا يَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْاَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوْبُهُمْۗ وَكَثِيْرٌ مِّنْهُمْ فٰسِقُوْنَ


Apakah belum tiba waktunya bagi orang-orang yang beriman agar hati mereka khusyuk mengingat Allah dan apa yang turun dari kebenaran (Al-Qur’an). Janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Banyak di antara mereka adalah orang-orang fasik. (Al-Ḥadīd [57]:16)


Malik bin Dinar menangis sejadi-jadinya, kemudian berkata kepada anaknya, “Wahai Anakku! Ceritakanlah kepadaku tentang ular dan Syekh yang berpakaian putih itu,” Sang anak kemudian menjawab,


ذَلِكَ عَمَلُكَ السُّوْءِ قَوَيْتَهُ فَأَرَادَ أَنْ يُغْرِقَكَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ، وَذَلِكَ عَمَلُكَ الصَّالِحِ أَضْعَفْتَهُ حَتَّى لَمْ يَكُنْ لَهُ طَاقَةٌ بِعَمَلِكَ السُّوْءِ


Artinya, “Dia adalah pekerjaanmu yang buruk, yang selama ini engkau kerjakan, maka ia akan menjerumuskanmu ke dalam neraka. Sedangkan dia (Syekh) itu adalah pekerjaanmu yang baik, namun engkau melemahkannya, hingga tak memiliki kemampuan untuk untuk (menolong) pekerjaanmu yang buruk.” 

(Abu Bakar, al-Yaqutu wal Marjan, 2019, h. 100).

Di saat yang bersama, Malik bin Dinar terbangun dan sangat menyesal hingga menangis sejadi-jadinya. Ia juga menghancurkan semua botol minuman kerasnya dan bertobat kepada Allah swt.


  Imam Malik bin Dinar merupakan salah satu ulama yang demikian zuhud. Apa saja yang yang membuat hatinya lupa kepada Allah akan akan ditinggalkan. Seluruh hidupnya didedikasikan hanya untuk Allah dan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.


 Aneka pujian yang disematkan orang kepadanya tidak membuat terlena, begitu juga dengan beragam hinaan tidak membuat terluka. Dirinya benar-benar melupakan dunia dan segala kesenangannya, dan hanya fokus kepada Allah SWT.


Selain itu, Imam Malik bin Dinar juga dikenal sebagai ulama ahli hadits atau muhaddits. Kontribusi dan sumbangsihnya untuk perkembangan sabda-sabda Rasulullah sangat besar dan banyak. 

Imam ad-Dzahabi dalam kitabnya menampilkan beragam komentar ulama tentangnya. 


Di antaranya, menurut Imam an-Nasai dan dipastikan oleh Imam al-Bukhari, kualitas hadits yang diriwayatkan oleh Malik bin Dinar memiliki derajat hasan (baik). 


Dalam kitab itu juga disebutkan, dengan mengutip pendapat Imam Ali bin al-Madini, bahwa jumlah hadits yang diriwayatkan oleh Malik bin Dinar setidaknya ada 40 hadits, yang semuanya memiliki derajat hasan. (Imam ad-Dzahabi, Siyaru A’lami an-Nubala, [Darul Ashimah: 1410], juz V, halaman: 362).


 tercatat Malik Bin Dinar sebagai ahli Hadis Shahih dan merawikan Hadis dari tokoh-tokoh kepercayaan di masa lampau seperti Anas bin Malik dan lbnu Sirin.


Malik Bin Dinar juga dikenal sebagai seorang ahli Kaligrafi al-Qur'an yang terkenal pada masa itu, Malik juga datang ke India untuk menyebarkan agama Islam di wilayah India.


    Salah satu kisah Malik Bin Dinar adalah berjalan di atas air. 

Cerita tentang kisah Malik Bin Dinar ini dijelaskan didalam buku berjudul Tadhkirat al-Auliya’ menulis kisah hidup Malik bin Dinar pada tahun 1177 M.


 Mengisahkan suatu Ketika, Malik bin Dinar menumpang sebuah perahu.

Setelah berada di tengah lautan, para awak perahu terbesut datang dan meminta kepada Malik Bin Dinar.


"Bayarlah ongkos perjalananmu, ujar awak perahu tersebut. Aku tak punya uang," jawab Malik. Lalu para awak perahu memukulinya sampai Malik Bin Dinar pingsan.


Ketika Malik Bin Dinar tersadar, mereka meminta lagi, "Bayarlah ongkos perjalananmu," ujar awak perahu tersebut. "Aku tidak punya uang," jawab Malik Bin Dinar sekali lagi.


Kemudian untuk kedua kalinya mereka memukulinya sampai pingsan. Ketika Malik Bin Dinar kembali tersadar, maka untuk ketiga kalinya mereka mendesak.


"Bayarlah ongkos perjalananmu.Aku tidak punya uang," jawab Malik Bin Dinar. Karena kesal dan marah atas jawaban Malik Bin Dinar tersebut, Lalu awak perahu itu mengatakan kepada awak yang lain.


"Ayo kita usir dan lemparkan dia ke laut," pelaut-pelaut itu berseru. Kemudian saat itu juga semua ikan yang ada di laut mendongakkan kepala mereka ke permukaan air dan masing-masing dari ikan membawa dua keping dinar emas di mulutnya.


Malik Bin Dinar menjulurkan tangan ke seekor ikan yang muncul di permukaan air tersebut. Kemudian dari mulut seekor ikan diambilnya dua dinar. Kemudian uang itu diberikannya kepada awak-awak perahu yang memukulinya tadi. Melihat kejadian ini para awak-awak kapal tersebut ketakutan dan segera berlutut.


Lalu Malik Bin Dinar hendak pergi dari perahu yang di tumpangi nya tersebut dengan berjalan di atas air, melihat kejadian itu membuat para awak kapal itu tercengang.


Malik Bin Dinar kemudian meninggalkan perahu tersebut. Inilah penyebab mengapa ia dinamakan Malik bin Dinar.


Demikianlah kisah karomah dari malik bin dinar semoga dari kisah ini Allah menambah pengetahuan dan meningkatkan keimanan kita.

Comments

Popular posts from this blog

Karomah Syekh Ibnu Athoillah As-Sakandari

Putra - Putri KH. Abdul Hamid Pasuruan dan Keturunannya

Kisah Syekh Abdullah Basaudan Yang Sangat Tinggi Cintanya Kepada Keturunan Nabi Muhammad Saw